Jumat, 12 September 2008

Penggusuran Taman BMW, hadiah Ultah RI ke-63 untuk Warga Miskin Jakarta

Minggu pagi, tanggal 24 Agustus 2008 benar-benar menjadi pagi yang menjadikan pilu warga miskin yang tinggal di eks Taman BMW (Bersih Manusiawi dan Wibawa) Papanggo, Jakarta Utara. Betapa tidak, masih dalam suasana memperingati kemerdekaan RI ke-63, ratusan bendera merah putih masih berkibar diterpa angin di sela-sela rumah warga, terpaksa suasana itupun berbalik seakan bencana alam datang begitu mendadak. Tatkala ribuan Satpol PP bersama Brimob dan 7 kendaraan Back Hoo-nya mulai masuk ke area kampung untuk menggusur lebih dari 1000 rumah warga yang berdiri di lahan 26,5 Hektar milik Dinas Pertamanan DKI tersebut. Warga berusah menyelamatkan barang-barang dan perabotnya sebelum dihajar alat berat yang tak berperasaan itu. Ibu-ibu dan anak-anak hanya bisa menangis,karena seminggu ke depan mereka tak tahu harus bagaimana untuk menghadapi Ramadhan ketika rumahnya hanya tinggal puing berserakan.

“Saya sudah menduga kami akan digusur. Tapi kok sepagi ini,” kata Suharti dilokasi penggusuran pemukiman liarnya, Taman BMW (Bersih, Manusiawi dan Berwibawa), Jl RE Marthadinata, Jakarta Utara, Minggu (24/8/2008).

Bagi Suharti, menghentikan derap sepatu boot itu hanya mimpi. Tubuhnya yang kecil dan tenaganya yang tidak seberapa, memaksa Suharti hanya mampu menangisi rumahnya yang mulai digusur.

“Seminggu lalu, warga masih sempat merayakan tujuhbelasan (HUT RI ke-63) dengan ramai. Ada lomba-lomba. Lomba makan kerupuk dan sebagainya. Pokoknya semua senang,” kenang Suharti membandingkan suasana kontras hari ini dengan seminggu lalu.

Sungguh cerita tragis yang memilukan, di saat pemerintah DKI dengan Guberur barunya selalu meneriakkan Jakarta Untuk Semua, Membangun Jakarta yang Partisipatif ternyata hanya omong kosong alias bullshit..Bicara menambah RTH (Ruang terbuka Hijau) dengan cara menggusur yang miskin bukan jalan keluar terbaik. Apakah pemerintah tidak tau atau memang bodoh, seakan penggusuran satu-satunya solusi untuk menambah RTH di Jakarta.



Kita melihat masih ada 26 SPBU yang masih tetap beroperasi, padahal mereka sudah diketahui mengkooptasi RTH. Kita juga tahu persis kawasan Senayan sebagai Hutan Kota dikooptasi pemodal untuk membangun hotel, atau kawasan Kelapa Gading yang dulu adalah daerah rsapan air kini berubah fungsi menjadi maal dan apartment mewah. Kalau pemerintah mau adil, gusur juga mereka, bawa bendera RTH yang besar dan berteriaklah di semua media bahwa demi Jakarta RTH harus dikembalikan fungsinya. Tetapi bila kasus Taman BMW selalu berulang, penggusuran rakyat miskin, apapun alasannya tetap saja pelanggaran hak-hak dasar tetap terjadi. Pemda telah melakukan pendholiman kepada warganya.

Solusi alternatif tetap diperjuangkan di pinggiran, karena tembok tebal Pemda DKI masih menjadi tameng. Sampai kapan negeri ini akan tetap seperti ini, bila pemerintahnya tidak mau membuka ruang dialog, mencari alternatif solusi bersama semua pihak? Atau iklim seperti ini sengaja dipertahankan untuk melanggengkan proyek-proyek yang hanya akan menggelembungkan perut para pejabatnya?



Label:

1 Komentar:

Blogger Basundari mengatakan...

Warga miskin yang datang dari Jakarta umumnya datang dari desa atau daerah lainnya. Tanpa berbekal keahlian dan ketrampilan. Menurut saya, alangkah lebih baik bila mereka kembali ke daerah masing masing. Dimana Pemerintah juga menghidupkan perekonomian desa, memberikan pelatihan di berbagai bidang (Khususnya pertanian) yang berkesinambungan secara serius. Sehingga masyarakat tidak selalu menggantungkan mimpinya di Jakarta

18 September 2008 pukul 22.23  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda