Penggusuran Taman BMW, hadiah Ultah RI ke-63 untuk Warga Miskin Jakarta
“Saya sudah menduga kami akan digusur. Tapi kok sepagi ini,” kata Suharti dilokasi penggusuran pemukiman liarnya, Taman BMW (Bersih, Manusiawi dan Berwibawa), Jl RE Marthadinata, Jakarta Utara, Minggu (24/8/2008).
Bagi Suharti, menghentikan derap sepatu boot itu hanya mimpi. Tubuhnya yang kecil dan tenaganya yang tidak seberapa, memaksa Suharti hanya mampu menangisi rumahnya yang mulai digusur.
“Seminggu lalu, warga masih sempat merayakan tujuhbelasan (HUT RI ke-63) dengan ramai. Ada lomba-lomba. Lomba makan kerupuk dan sebagainya. Pokoknya semua senang,” kenang Suharti membandingkan suasana kontras hari ini dengan seminggu lalu.
Kita melihat masih ada 26 SPBU yang masih tetap beroperasi, padahal mereka sudah diketahui mengkooptasi RTH. Kita juga tahu persis kawasan Senayan sebagai Hutan Kota dikooptasi pemodal untuk membangun hotel, atau kawasan Kelapa Gading yang dulu adalah daerah rsapan air kini berubah fungsi menjadi maal dan apartment mewah. Kalau pemerintah mau adil, gusur juga mereka, bawa bendera RTH yang besar dan berteriaklah di semua media bahwa demi Jakarta RTH harus dikembalikan fungsinya. Tetapi bila kasus Taman BMW selalu berulang, penggusuran rakyat miskin, apapun alasannya tetap saja pelanggaran hak-hak dasar tetap terjadi. Pemda telah melakukan pendholiman kepada warganya.
Solusi alternatif tetap diperjuangkan di pinggiran, karena tembok tebal Pemda DKI masih menjadi tameng. Sampai kapan negeri ini akan tetap seperti ini, bila pemerintahnya tidak mau membuka ruang dialog, mencari alternatif solusi bersama semua pihak? Atau iklim seperti ini sengaja dipertahankan untuk melanggengkan proyek-proyek yang hanya akan menggelembungkan perut para pejabatnya?
Label: city